Manusia itu diciptakan dengan sifat dasar ngeyel atau seneng mbantah. Ini memang sudah ketentuan dari sananya. Sifat ini memang rada-rada nyusahin buat manusia itu sendiri. Bagaimana tidak, karena suka ngeyelnya, bahkan kalau diomongin dengan sesuatu yang benar namun tidak sesuai dengan pemikirannya, senengannya yo dibantah.
Temen Kang Eko juga sempet ketiban rasa mangkel. Ceritanya begini, temen Kang Eko ini, sebut saja namanya Rosa, dikaruniai kelebihan sama Gusti Allah bisa tahu sebelum sesuatu terjadi, bahasa jawanya weruh sadurunging winarah. Berkali-kali dia menerima visi atau semacam pemandangan tentang sesuatu yang akan terjadi. Namun karena dia tidak tahu kejadian itu kapan mau dijadikan, dia ndak berani cerita ke siapa-siapa. Di empet wae. Kalau kemudian itu kejadian, maka dia hanya bisa istighfar. Mohon ampun sama Gusti Allah, karena dia cuma bisa nonton kejadian itu sebelum semuanya terjadi dan tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Awalnya cuma jadi tontonan, tapi lama-lama yo mikir juga si Rosa. “Lha wong aku dikasih tahu kejadian ini kok nggak bisa ngapa-ngapain ya… piye iki… lha maksudnya Gusti Allah kasih aku tontonan kayak gini ini opo to ?”. Lalu, akhirnya kalau dia dapet visi lagi, dia ceritakan ke teman dekatnya. Namanya saja teman dekat, sudah ngerti padatannya. Sudah ngeh dengan kebiasaan dan kelebihannya. Teman-temannya yo cuma bisa jadi penampungan cerita si Rosa saja, termasuk Kang Tulus ini. Tapi kadangkala Kang Eko ngeyel sama dia, lha wong kadangkala apa yang diceritakan ndak masuk akal kok. Rosa yo kadangkala sedih, tapi akhirnya nggak diambil hati. Pokoknya kalau dia terima visi, dia tunggu aja apa yang akan terjadi. Ndak diceritakan ke Kang Eko lagi.
Rosa mulai cerita dengan lain versi. Versinya dia cerita bukan lagi dengan menceritakan langsung tentang apa yang didapatnya. Dia menceritakan dengan misal atau perumpamaan. Perumpamaan ini membuat Kang Eko sering mikir dan kepancing untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang kadangkala dia lontarkan juga. Sampai akhirnya Kang Tulus ngeh, tanpa harus berdebat atau ngeyel, bahwa apa yang diomongin si Rosa ini benar adanya.
Kang Eko juga akhirnya mulai mikir. Mungkin nJeng Rasulullah juga demikian ya dalam memberikan pesan kepada umatnya sampai akhir jaman. Dengan cara kias dan dengan cerita. Tapi banyak sekali yang tidak paham dengan apa yang beliau ceritakan. Padahal nJeng Rasulullah sudah menceritakannya dengan berbagai versi lho. Tapi ya begitulah. Kita ini memang kebanyakan sebangsa ternak, bahkan lebih buruk lagi. Kita ini buta, bisu, tuli. Kita terlalu bodoh seperti sapi. Sehingga sekian abad lamanya pesan-pesan nJeng Rasulullah tidak pernah terbuka.
nDak usah jauh-jauh deh. Pesan lewat shalat aja. Kita kebanyakan cuma jengkang-jengking ndak nangkep apa maunya. Padahal ya sudah digambarkan lho sama nJeng Rasulullah bahwa shalat ini bisa jadi media untuk supaya umatnya bisa kedunungan sifat ihsan menjadi muhsin. Kanugrahan sama Gusti Allah untuk bisa merasa selalu bertatap-tatapan dengan Beliau, selalu merasa bareng terus sama Beliau. Tapi yo itu tadi, dasar tukang ngeyel, kalau diomongin model kayak gini kebanyakan yo pada ngeyel dan bilang bahwa penjelasan itu cuma penafsiran manusia saja, nJeng Rasul ndak ngendiko, ndak nyabda apa-apa. Lha piye wong-wong iki. Gimana sih orang-orang ini. Lha nJeng Rasulullah sudah nyabda. Sabdanya tertuang dalam shalat. Tapi kok nggak ngeh-ngeh ya.. Kita selalu manut saja tanpa mau berpikir, sebenernya ada apa to di balik shalat ini. Atau ada apa to di balik sabda “malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, gambar mahluk hidup dan orang yang masih janabat”. nDak mau mbukak-mbukak pemikiran dan mencari maknanya.
Padahal yo, kalau dipikir beneran, pesan tentang malaikat rahmat di atas hanya perumpamaan untuk diri manusia ketika hendak bertemu dengan Gusti Allah. Kedunungan rahmatNya. Syaratnya adalah seperti yang dikiaskan di atas itu. Anjing merupakan kiasan dari nafsu, gambar mahluk hidup merupakan kias dari angan-angan tentang duniawi, dan orang yang janabat berarti orang yang masih kotor hatinya, masih belum membersihkan diri. Jadi jelas to, bahwa yang namanya nafsu memang harus dikendalikan dulu. Setelah itu kurangi angan. Selain itu, bersihkan hati dari berbagai kotoran. Tubuh kita, sebagai rumahnya, yo ikut dibersihkan sekalian. Biar seger. Kalau tubuh seger, insyaallah perjalanan enak. Ibaratnya rumah yang bersih, insyaallah tamunya akan seneng.
Ndak tau lagi kalau miturut sampeyan-sampeyn… opo yo sepakat sama Kang Eko atau ndak…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar