Kemaren ada teman kang Eko ngajak ngobrol di warung, Kang Eko binggung kok tumben teman ini ngajak sesampai di warung teman kang Eko sebutlah namanya Bawor mulai crita. Kang Eko aku nich lagi binggung tentang langgar. waduh... kenapa dengan langgar? kata kang Eko.
Kang langgar itu rak tempat ibadah to ning kenapa langgar di tempat saya buat tempat sampah.Wah.. kurang ajar bener " kata Kang Eko dengan nada tinggi. Sibawor binggung dengan sikap kang Eko , akhirnya Bawor ngejelasin, bukan sampah biasa kang tapi tempat mbuang masalah, apa pantes... tapi sebaliknya kang malah sampah langgar di buang keluar. lho khan bagus kenapa di ributkan jadi langgar jadi bersih. " kata kang Eko, si Bawor binggung lagi ,masalahe sama kang bahwa masalah langgar malah di omongi di luar langgar.
Trus piye kang aku minta saran kang... biar langgar itu balik maning ke fungsinya sebagai tempat ngibadah
Waduh... kang Eko tambah mumet... karena di mintai pendapat pada hal sholatnya aja sabtu minggu.. baru bisa kelanggar , akhire kang Eko nagajak bawor balik pakai alasan badan "mriang"
Kang Eko minta solusi teman-teman , saudara yang sudi membaca tulisan ini, dan terimakasih atas saran dan masukkanya
Laman
▼
Kamis, 23 April 2015
Bingunge Kang Eko
Kang Eko bingung, kemaren ada yang nanya “Tunjukkan pada saya mana yang namanya Kang Eko”.
Kang Eko trus nunjuk “Saya”. E.. lah.. mosok dia bilang “Bukan, itu telunjuk sampeyan”.
Kang Eko nunjuk dada “Ini saya..”.
Tambah kurang ajar dia, mosok dia bilang “Halah… semua orang tau kalau itu dada sampeyan”.
Kurang ajar banget orang ini ya.
Kang Eko mulai sedikit emosi “Lha trus karepmu sing jenenge Kang Eko iku sing ndi ha ?”.
Jangkrik… dia malah cuma nyengir “Keberadaan sampeyan itu yang disebut sebagai Kang Eko”.
Heh ?
Opo maneh iki.
“Maksudmu piye sih ? Kang Eko kok nggak ngeh to ?” mulai reda marah Kang Eko, mbalik penasaran.Akhirnya dia sedikit memberikan penjelasan
“Kang, semua yang nampak ini adalah semata sifat Kang Eko. Yang dinamakan itu ya wujud atau keberadaannya Kang Eko.
Kalau Kang Eko nggak ada, apa yang mau dinamakan coba ?” jawabnya sambil ngloyor.
Kang Eko trus mikir.
Iya ya… kalau Kang Eko nggak ada, apa yang mau dinamakan dengan Kang Eko ya ?
Lha wong nggak ada, masa mau dinamakan. Kepala, cuma bagian. Kaki, tangan, kulit.. wis pokoknya badan ini cuma bagian, sekedar lambang keberadaannya Kang Eko.
Hmm… iya.. iya.. berarti semua ini cuma sifat ya.
Bisa denger, yo sifat. Bisa ngliat, yo sifat.
Semua itu cuma sifat.
Lha kalo yang terlihat sebagai Kang Eko ini cuma sekedar sifat aja, dzatnya Kang Eko yang mana ya…
Jan..tobil.. tobil… kok malah mbingungi ya…
Hati Yang Mati
Hati yang mati, yang tidak ada
kehidupan di dalamnya. Ia tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai
dengan perintah yang dicintai dan diridhai-Nya. Ia bahkan selalu menuruti
keinginan nafsu dan kelezatan dirinya, meskipun dengan begitu ia akan dimurkai
dan dibenci Allah. Ia tidak mempedulikan semuanya, asalkan mendapat bagian dan
keinginannya,
Ia menghamba kepada selain Allah; dalam cinta, takut,
harap, ridha dan benci, pengagungan dan kehinaan. Jika ia mencintai maka ia
mencintai karena hawa nafsunya. Jika ia membenci maka ia membenci karena hawa
nafsunya. Jika ia memberi maka ia memberi karena hawa nafsunya. Jika ia menolak
maka ia menolak karena hawa nafsunya. Ia lebih mengutamakan dan mencintai hawa
nafsunya daripada keridhaan Tuhannya.
Hawa nafsu adalah pemimpinnya, syahwat adalah
komandannya, kebodohan adalah sopirnya, kelalaian adalah kendaraannya. Ia
terbuai dengan pikiran untuk mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, mabuk oleh hawa
nafsu dan kesenangan dini. Ia dipanggil kepada Allah dan ke kampung
akhirat dari tempat kejauhan. Ia tidak mempedulikan orang yang memberi nasihat,
sebaliknya mengikuti setiap langkah dan keinginan syetan. Dunia terkadang
membuatnya benci dan terkadang membuatnya senang. Hawa nafsu membuatnya tuli
dan buta selain dari kebatilan. Keberadaannya di dunia sama seperti
gambaran yang dikatakan kepada Laila, "Ia musuh bagi orang yang pulang dan
kedamaian bagi para penghuninya. Siapa yang dekat dengan Laila tentu ia akan
mencintai dan mendekati."
Maka membaur dengan orang yang memiliki hati semacam ini
adalah penyakit, bergaul dengannya adalah racun dan menemaninya adalah
kehancuran. ndak ngajari lho....
Selasa, 21 April 2015
MI’ROJ BARENG mas ebiet..... jare kang Eko
apakah ada bedanya
hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang
sama-sama kosong
kucoba tuang ke dalam kertas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
apakah ada bedanya
bila mata terpejam
pikiran jauh mengembara
menembus batas langit
cintamu telah membakar jiwaku
harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan pikiranku
di bumi yang berputar
pasti ada gejolak
ikuti saja iramanya
isi dengan rasa
di menara langit
halilintar bersabung
aku merasa tak terlindung
terbakar kegetiran
cinta yang kuberi
sepenuh hatiku
entah yang kuterima
aku tak peduli
apakah ada bedanya
ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah
sama-sama nikmat
tinggal bagaimana kita menghayati
dibelahan jiwa yang mana
kita sembunyikan dada yang terluka
duka yang tersayat
rasa yang terluka
Duh.. duh.. duh.. kalo Kang Eko ndengerin lagunya Mas Ebiet ini, rasanya nggak karu-karuan banget. Kepengin nangis, masuk kamar, sujud dan menutup semua lubang hawa yang ada. Duh Gusti…
Lagu Mas Ebiet ini sebenarnya sedang menceritakan proses mi’raj seseorang. Proses pertemuan dengan Gusti Allah. Kok bisa ? Yuk… dicoba ditlisik lagi lagunya.
apakah ada bedanya
hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang
sama-sama kosong
kucoba tuang ke dalam kertas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
Sebagian orang “mencoba” untuk bertemu dengan Gusti Allah dengan berbagai cara. Ada yang jengkang-jengking shalat tengah malem, ada yang puasa, ada yang gini, ada yang gitu… lah pokoknya banyak sekali yang ditempuh. Kebanyakan menyatakan bahwa Gusti Allah ndak bisa ditemui kalau ndak lewat model begini atau begitu. Duh… Padahal kita ndak bisa apa-apa. Sungguh. Kang Eko sendiri sudah coba banyak cara. Tapi ya begitulah. Akhirnya ada sebuah nasehat, agar Kang Eko ndak usah banyak rogeh, ndak usah banyak tingkah. Hening saja. Diam merasakan sesuatu. Karena dicari ke manapun, Gusti Allah ndak akan bisa ditemukan dengan pemikiran. Lha wong Yang Suci Dari Angan kok dicari, yo ndak bakalan ketemu to. Yah… yang bisa kita lakukan adalah mulai menyelam ke dalam diri. Hening. Dalam diam. Menyediakan media untuk bisa menyaksikan. Dalam kesendirian.
apakah ada bedanya
bila mata terpejam
pikiran jauh mengembara
menembus batas langit
cintamu telah membakar jiwaku
harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan pikiranku
Dalam kesendirian, meditasi atau semedi, atau dalam shalat yang khusyuk, saat mata terpejam, biarkan.. sekali lagi biarkan apa yang nampak tanpa kita atur dengan keinginan, akal atau pikir kita. Cobalah dari mata yang terpejam itu kita mencoba untuk melihat. Melihat sesuatu dalam gelap pekat. Lihat saja. Menembus batas ketidak tahuan. Dalam kerinduan yang membakar akan pertemuan dengan illahi robbi, insyaallah sesuatu akan terlihat. Dan biasanya, kita tidak bisa berpikir lagi. Tidak bisa lagi merasakan apapun. Sesak. Dingin… Hhhh…
di bumi yang berputar
pasti ada gejolak
ikuti saja iramanya
isi dengan rasa
di menara langit
halilintar bersabung
aku merasa tak terlindung
terbakar kegetiran
Kalau lagi begini, bumi serasa berputar. Mumet. Nggleyeng. Rasanya ndak karu-karuan. Kalau yakin dengan perjumpaan dan penyaksian, jangan hentikan. Ikuti saja semua ini. Rasakan. Biarkan semuanya menggelegar. Mengguncang dan mendera kita. Karena pada saat itu sesuatu mulai menerpa. Menampakkan kemegahan laksana Tuhan yang menampakkan wajahnya pada gunung Sina saat Nabi Musa memohon. Hancur luluh. Tubuh serasa bulu ditiup angin. Melayang.
cinta yang kuberi
sepenuh hatiku
entah yang kuterima
aku tak peduli
Dalam keadaan seperti ini, kerinduan pada ilahi robbi tak lagi mengharap apapun. Pertemuan. Penyaksian. Entah apa yang akan terjadi. Matikah. Sakitkah. Pasrah. Sumarah. Nrimo Ing Pandum. Menerima ketentuan.
apakah ada bedanya
ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah
sama-sama nikmat
tinggal bagaimana kita menghayati
dibelahan jiwa yang mana
kita sembunyikan dada yang terluka
duka yang tersayat
rasa yang terluka
Ketika penyaksian telah terjadi, keyakinan bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan kita sedemikian besar. Kemanapun, di manapun, kita ada di dalamNya. Kerinduan, akan terus berkecamuk. Menimbulkan rasa tak ingin berpisah. Ingin selalu menatap. Namun, layaknya nJeng Rasulullah dulu diperintahkan untuk tetap isra, maka begitulah kita. Tetap harus melanjutkan hidup di alam penyaksian ini.
Duh… dlewer he Kang Eko. Sedih… cuma bisa omong. Monggo,...
OJO CRITO NEK DURUNG NGLAKONI ....( JANGAN CRITA KALAU BELUM MENJALANI) Jare Kang Eko
Lagu Janur Kuning-e Yu Noerhalimah kalau ditlisik banyak pesannya. Memang awalnya bagi Kang Eko lagu ini cuma sekedar lagu ndhangdhut yang enak didenger sambil numpak mobil proyek. Bisa bikin kepala Kang Eko manthuk-manthuk ngikutin iramanya. Tapi makin lama, Kang Eko dengerin kok makin bikin penasaran. Ada pesan di sana. Belum pada tau liriknya ? Yo wis, Kang Eko tuliskan dulu.
Jangan kau katakan dulu
Jangan kau siarkan dulu
Sebelum janur kuning
Hiasan cinta melambai-lambai
Di depan rumahku ini
Kalau sudah saatnya
Sumpah perkawinan kita
Semua menjadi milikmu
Dari bukit-bukitnya yang menghijau
Sampai lautan yang biru
Akupun mengharap belaian tanganmu sayang
Tetapi kutahan-kutahan karena malu dilihat orang
Walaupun kutahu engkau yang paling kusayang
Rasanya kuingin-kuingin masuk ke dalam pintu hatimu
Ibarat bulan sudah di tangan
Ibarat bintang sudah bertaburan
Cinta suci kita kini menjadi kenyataan
Lha apa endahnya lagu gituan ? Wong mung menceritakan pernikahan thok kok dibilang ada pesennya. Lha kalo cuma moco thok, cuma baca saja, ya jelas nggak nemu apa-apa. Ayo Kang Eko tunjukin deh, semoga nggak kaspo thok ya…
Jangan kau katakan dulu
Jangan kau siarkan dulu
Sebelum janur kuning
Hiasan cinta melambai-lambai
Di depan rumahku ini
Penafsiran dari Kang Eko seperti ini : kita hendaknya tidak bercerita tentang Gusti Allah kalau memang kita belum benar-benar jadi kekasih Beliau. Lha tandanya kita jadi kekasih Allah itu opo to ? Tandanya, yang dilambangkan dengan janur kuning, adalah benarnya syahadat kita. Sahnya syahadat atau penyaksian kita. Adanya di mana ? Di katakan di sana bahwa hiasan itu adanya di depan rumah Sang Kekasih. Lha rumahnya Allah itu di mana to ? Mosok Allah nduwe omah ? Lha hukumnya itu kan ada “rumahku adalah hati orang-orang mukmin”. Lha sudah jelas to, bahwa kalau hati memang sudah memang isinya mung Beliau, insyaallah syahadatnya bener. Lakune selalu dituntun sama Allah.
Kalau sudah saatnya
Sumpah perkawinan kita
Semua menjadi milikmu
Dari bukit-bukitnya yang menghijau
Sampai lautan yang biru
Dalam perjalanan untuk mengenal Beliau, tentu ada saatnya pertemuan itu terjadi. Maksud Kang Eko, bahwa kesadaran tentang Beliau itu akan muncul. Nah kalau memang sudah sah syahadatnya, maka diibaratkan semua akan menjadi milik kita. Lha wong namanya kekasih, apa yang dimaui tentunya ya dikasih to. Bahkan apa yang dipunyai oleh Sang Kekasih bisa diartikan punya kita juga. Tapi piye maneh, kalo sudah kepincut sama Gusti Allah, opo yo kepikiran yang lainnya ?
Akupun mengharap belaian tanganmu sayang
Tetapi kutahan-kutahan karena malu dilihat orang
Walaupun kutahu engkau yang paling kusayang
Rasanya kuingin-kuingin masuk ke dalam pintu hatimu
Ibarat bulan sudah di tangan
Ibarat bintang sudah bertaburan
Cinta suci kita kini menjadi kenyataan
Lha kalau memang sudah bisa sampai di maqom yang itu, mbok yao jangan koar-koar pengumuman sing ora-ora. Gusti itu diibaratkan wong sing isinan tenan. Hingga untuk menyampaikan sesuatupun selalu lewat utusan. Jangan sampai kita ini kemudian membuka rahasia yang dititipkan ke kita kepada orang lain. Bisa jadi ini menjadi berita yang tidak menghasilkan kebaikan tapi malah kedholiman bagi orang yang belum mau membuka pintu hatinya. Lha mosok wong percoyo nek ono wulan nang tangan ta… kan ya nggak. Makanya, kalau sudah kenal dan sudah nemukan, yo sudah… diem saja.
Iku penafsirane Kang Eko lho. Lain orang kan lain penafsiran. Monggo kalau mau ngonceki lagi.
MANUSIA ITU TUKANG NGEYEL
Manusia itu diciptakan dengan sifat dasar ngeyel atau seneng mbantah. Ini memang sudah ketentuan dari sananya. Sifat ini memang rada-rada nyusahin buat manusia itu sendiri. Bagaimana tidak, karena suka ngeyelnya, bahkan kalau diomongin dengan sesuatu yang benar namun tidak sesuai dengan pemikirannya, senengannya yo dibantah.
Temen Kang Eko juga sempet ketiban rasa mangkel. Ceritanya begini, temen Kang Eko ini, sebut saja namanya Rosa, dikaruniai kelebihan sama Gusti Allah bisa tahu sebelum sesuatu terjadi, bahasa jawanya weruh sadurunging winarah. Berkali-kali dia menerima visi atau semacam pemandangan tentang sesuatu yang akan terjadi. Namun karena dia tidak tahu kejadian itu kapan mau dijadikan, dia ndak berani cerita ke siapa-siapa. Di empet wae. Kalau kemudian itu kejadian, maka dia hanya bisa istighfar. Mohon ampun sama Gusti Allah, karena dia cuma bisa nonton kejadian itu sebelum semuanya terjadi dan tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Awalnya cuma jadi tontonan, tapi lama-lama yo mikir juga si Rosa. “Lha wong aku dikasih tahu kejadian ini kok nggak bisa ngapa-ngapain ya… piye iki… lha maksudnya Gusti Allah kasih aku tontonan kayak gini ini opo to ?”. Lalu, akhirnya kalau dia dapet visi lagi, dia ceritakan ke teman dekatnya. Namanya saja teman dekat, sudah ngerti padatannya. Sudah ngeh dengan kebiasaan dan kelebihannya. Teman-temannya yo cuma bisa jadi penampungan cerita si Rosa saja, termasuk Kang Tulus ini. Tapi kadangkala Kang Eko ngeyel sama dia, lha wong kadangkala apa yang diceritakan ndak masuk akal kok. Rosa yo kadangkala sedih, tapi akhirnya nggak diambil hati. Pokoknya kalau dia terima visi, dia tunggu aja apa yang akan terjadi. Ndak diceritakan ke Kang Eko lagi.
Rosa mulai cerita dengan lain versi. Versinya dia cerita bukan lagi dengan menceritakan langsung tentang apa yang didapatnya. Dia menceritakan dengan misal atau perumpamaan. Perumpamaan ini membuat Kang Eko sering mikir dan kepancing untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang kadangkala dia lontarkan juga. Sampai akhirnya Kang Tulus ngeh, tanpa harus berdebat atau ngeyel, bahwa apa yang diomongin si Rosa ini benar adanya.
Kang Eko juga akhirnya mulai mikir. Mungkin nJeng Rasulullah juga demikian ya dalam memberikan pesan kepada umatnya sampai akhir jaman. Dengan cara kias dan dengan cerita. Tapi banyak sekali yang tidak paham dengan apa yang beliau ceritakan. Padahal nJeng Rasulullah sudah menceritakannya dengan berbagai versi lho. Tapi ya begitulah. Kita ini memang kebanyakan sebangsa ternak, bahkan lebih buruk lagi. Kita ini buta, bisu, tuli. Kita terlalu bodoh seperti sapi. Sehingga sekian abad lamanya pesan-pesan nJeng Rasulullah tidak pernah terbuka.
nDak usah jauh-jauh deh. Pesan lewat shalat aja. Kita kebanyakan cuma jengkang-jengking ndak nangkep apa maunya. Padahal ya sudah digambarkan lho sama nJeng Rasulullah bahwa shalat ini bisa jadi media untuk supaya umatnya bisa kedunungan sifat ihsan menjadi muhsin. Kanugrahan sama Gusti Allah untuk bisa merasa selalu bertatap-tatapan dengan Beliau, selalu merasa bareng terus sama Beliau. Tapi yo itu tadi, dasar tukang ngeyel, kalau diomongin model kayak gini kebanyakan yo pada ngeyel dan bilang bahwa penjelasan itu cuma penafsiran manusia saja, nJeng Rasul ndak ngendiko, ndak nyabda apa-apa. Lha piye wong-wong iki. Gimana sih orang-orang ini. Lha nJeng Rasulullah sudah nyabda. Sabdanya tertuang dalam shalat. Tapi kok nggak ngeh-ngeh ya.. Kita selalu manut saja tanpa mau berpikir, sebenernya ada apa to di balik shalat ini. Atau ada apa to di balik sabda “malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, gambar mahluk hidup dan orang yang masih janabat”. nDak mau mbukak-mbukak pemikiran dan mencari maknanya.
Padahal yo, kalau dipikir beneran, pesan tentang malaikat rahmat di atas hanya perumpamaan untuk diri manusia ketika hendak bertemu dengan Gusti Allah. Kedunungan rahmatNya. Syaratnya adalah seperti yang dikiaskan di atas itu. Anjing merupakan kiasan dari nafsu, gambar mahluk hidup merupakan kias dari angan-angan tentang duniawi, dan orang yang janabat berarti orang yang masih kotor hatinya, masih belum membersihkan diri. Jadi jelas to, bahwa yang namanya nafsu memang harus dikendalikan dulu. Setelah itu kurangi angan. Selain itu, bersihkan hati dari berbagai kotoran. Tubuh kita, sebagai rumahnya, yo ikut dibersihkan sekalian. Biar seger. Kalau tubuh seger, insyaallah perjalanan enak. Ibaratnya rumah yang bersih, insyaallah tamunya akan seneng.
Ndak tau lagi kalau miturut sampeyan-sampeyn… opo yo sepakat sama Kang Eko atau ndak…
BELAJAR DARI KEARIFAN TIMUR
Mutiara, dari laut manapun dia berasal tetaplah mutiara. Dia akan bersinar manakala diperlakukan dengan benar. Dia akan memberikan sebuah keindahan manakala ditempatkan di tempat yang sesuai, hingga menghiasi tempat tersebut dengan kilaunya.
Ilmu, ibarat sebuah mutiara. Dari manapun dia berasal, di manapun dia diturunkan, tetap merupakan khasanah ilmu Tuhan yang diturunkan bagi umat manusia. Bagi mereka yang mau mempelajari dengan pikiran yang terbuka, akan mampu melihat keagungan Tuhan di sana. Karena satu-satunya pemilik ilmu adalah Dia. Baik atau buruk hanyalah persepsi dari manusia.
Kearifan, tumbuh dari keterbukaan pikiran. Membaca setiap kejadian alam, mendengarkan suara dalam diri, merupakan segelintir cara untuk mencoba meraih hidayah Allah. Dikatakan meraih, karena sesungguhnya Allah tidak pernah tidak mencurahkan hidayah. Hanya orang-orang yang berpikiran tertutup saja yang sulit menerima hidayah ini.
Kebenaran, selama masih ada di bumi ini, adalah relativitas belaka. Kebenaran mutlak hanya ada pada ilahi robbi semata. Karenanya, dengan daya tangkap yang berbeda-beda, Tuhan telah menurunkan ilmu dengan berbagai corak. Berbahagialah mereka yang mampu menangkap hidayahNya tanpa meributkan di mana hidayah itu diturunkan.
Timur atau barat hanyalah pembatas, hanyalah hijab. Tuhan tidak dibatasi dengan hal itu. Karenanya, di manapun diturunkan, ilmu tetaplah mutiara yang berkilau dan menampakkan keindahannya ketika dikenakan oleh orang yang tepat.
MUHASABAH DIRI
Teman... , Saudara - saudaraku mari...
Berhenti sejenak dalam kehidupan
bukan berarti menyerah dalam menjalaninya, akan tetapi terkadang diri ini ,
tubuh ini perlu di "refresh" sejenak agar mampu
mengevaluasi, apa-apa saja yang telah kita lakukan selama ini, apakah banyak
kebaikan atau keburukan?
.
Mari ambilah
selembar kertas, dan alat tulis masing – masing.
Tuliskan nama Anda dengan lengkap,
bukan nama panggilan. Perhatikanlah nama itu dengan baik, tataplah... Kelak
nama ini akan tertulis pada batu nisanmu.
Di bawahnya tulislah nama ibumu,
ibundamu yang kau cintai. Yang telah mengandungmu di dalam rahimnya,
melahirkanmu, dan mengasuhmu hingga engkau dewasa.
Selanjutnya tulislah nama ayahmu,
seorang laki – laki yang telah berjalan jauh, membanting tulang mencari sesuap
nasi, untuk menghidupi keluarganya.
Di bawahnya tulislah nama istri atau
nama suamimu, orang yang telah dijodohkan Tuhan untuk menjadi pendampingmu,
untuk selama – selamanya.
Di bawahnya lagi, tulislah nama anak
– anakmu yang kau cintai, permata – mata hatimu, yang telah diamanahkan Tuhan
kepadamu.
Marilah
kita tundukan kepala, kemudian pejamkanlah mata, rasakanlah ketenangan...
rasakanlah ketenangan itu lebih dalam lagi. Bayangkan seakan – akan kita sedang
berjalan di suatu jalan yang lurus, lurus sekali... Dan di ujung jalan itu ada
sebuah rumah... di sudut ruang dalam rumah itu, ada sebuah kursi, di atas kursi
itu duduk seorang wanita, kita pandangi wajah wanita itu, ternyata dia adalah
ibumu, ibumu yang tercinta. Dialah seorang wanita yang telah mengandungmu di
dalam rahimnnya selama 9 bulan 10 hari. Dan ketika melahirkanmu ia berjuang
antara hidup dan mati, menahan sakit, dan bersimbah darah ketika menghadirkanmu
ke dunia. Pandangilah lagi wajah ibumu, yang kini telah nampak semakin tua.
Di samping ibumu, duduk seorang lki
– laki, yang telah lanjut usia, itulah ayahandamu tercinta. Seorang laki – laki
yang telah berjalan jauh, bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi
keluarga. Dan sewaktu engkau masih kecil, dia juga sering mengendongmu,
meninabobokanmu. Sehingga engkau sering tertidur di pundaknya yang bidang.
Tetapi laki – laki itu kini sudah semakin tua, tinggal gurat – gurat diwajahnya
yang keletihan, namun dia adalah seorang laki –laki yang bertanggung jawab dan
berjasa kepada keluarganya.
Apa yang telah engkau lakukan kepada
orang tuamu. Engkau kini mungkin sering melupakannya. Bahkan mungkin kini,
kedua orang tuamu telah tiada. Berdoa untuk keduanya, engkau pun mungkin sering
melupakannya. Ya Allah yang Maha Besar, ampunilah dosa – dosaku, ampunilah dosa
–dosaku, ampunilah segala kelalaianku. Mereka adalah orang – orang yang paling
berjasa dalam hidupku, mengapa ya Allah, aku menjadi orang yang sering
melupakannya.
"Relakah kita orang tua kita
disiksa, karena lalainya kita sebagai anak (gemar bermaksiat), sudah cukup
susah payah lah beliau di dunia, tapi yang kita berikan belumlah terbayar di
dunia, masih kita berikan pemberat dosa untuk beliau dengan bermaksiat
kepada Allah...
Astagfirullah
al`adzim. Ampunilah ya Allah kedua orang
tuaku, tempatkanlah keduanya ya Allah di tempat yang terbaik disisi-Mu. Allahumagfir
li,wa liwaalidaya warhamhumaa kamaa robayani shoghiiroo. Ya Allah
ampunilah aku, dan ampunilah kedua orang tuaku, sayangilah mereka ya Allah,
sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu kecil....
KAROMAH TUBUH
Tidak ada cara lain yang akan dilakukan oleh hambaku yang
ingin bertakararub (mendekat) kepada-Ku yang lebih Aku sukai dibandingkan
dengan melakukan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku menyanyanginya. Jika Aku
mencintainnya maka Aku akan menjadi telinga yang dengannya ia mendengar,
menjadi mata yang dengannya ia melihat , menjadi mulut yang denganya ia
berbicara, menjadi tangan yang dengannya ia memegang. Jika ia berdoa kepada-Ku,
Aku niscaya akan mengabulkannya. (Hadits Qudsi)
Dalam kitab al-Futuhat, Ibnu ‘Arabi menyebutkan kitabnya
yang berjudul Mawaqi’ al-Nujum, yang sering dipujinya sebagai kitab yang sangat
bagus dalam mengupas masalah karomah yang muncul dari anggota-anggota tubuh
yang taat. Anggota tubuh itu adalah mata, telinga, lidah, tangan, perut,
kemaluan, kaki, dan hati. Apabila masing-masing anggota tubuh menaati hukum
syara’ dan dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab, maka akan muncul
karomah. Dalam kitab tersebut disebutkan berbagai pengetahuan, rahasia ilmu hakikat,
dan manfaat ilmu syariat. Saya berusaha meringkas sedikit tentang delapan
anggota tubuh dan karomah yang muncul dari nggota tubuh sebagai upaya untuk
menyempurnakan manfaat dan untuk mencapai tujuan kami. Dan karena Imam
al-Munawi tidak menguraikan arti dari karomah yang muncul dari anggota-anggota
tubuh yang taat, dalam penjelasan sebelumnya yang diambil dari kitab Mawaqi’
al-Nujum,
1. Mata
Di antara karomah mata jika digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah mampu melihat tamu dari jarak jauh sebelum ia datang, bisa melihat dari balik dinding tebal, melihat Ka’bah ketika shalat, dan lain-lain. Di antara karamoh lainnya adalah dapat menyaksikan alam malakut spiritual baik malaikat, penghuni ketinggian (mala’ul a’la), jin, Nabi Khidir, dan para Abdal.
Di antara karomah mata jika digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah mampu melihat tamu dari jarak jauh sebelum ia datang, bisa melihat dari balik dinding tebal, melihat Ka’bah ketika shalat, dan lain-lain. Di antara karamoh lainnya adalah dapat menyaksikan alam malakut spiritual baik malaikat, penghuni ketinggian (mala’ul a’la), jin, Nabi Khidir, dan para Abdal.
2. Telinga
Bila telinga digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, karamoh yang akan muncul adalah mendengar kabar gembira bahwa sang pemiliknya merupakan salah seorang yang diberi hidayah dan akal oleh Allah. Ini merupakan karamah terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Sebab itu sampaikanlah kabar kembira kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya (QS Al-Zumar [39]: 17-18).
Karamah lainnya adalah dapat mendengar ucapan benda mati, sehingga terdengar semua benda bertasbih kepada Allah dengan bahasa yang jelas, sebagaimana bahasa manusia.
BERSAMBUNG Bila telinga digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, karamoh yang akan muncul adalah mendengar kabar gembira bahwa sang pemiliknya merupakan salah seorang yang diberi hidayah dan akal oleh Allah. Ini merupakan karamah terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Sebab itu sampaikanlah kabar kembira kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya (QS Al-Zumar [39]: 17-18).
Karamah lainnya adalah dapat mendengar ucapan benda mati, sehingga terdengar semua benda bertasbih kepada Allah dengan bahasa yang jelas, sebagaimana bahasa manusia.